Laman

daftar isi

Kamis, 06 Januari 2011

Contoh Makalah Bahasa Indonesia


PENGARUH PENYAKIT ANTHRAX TERHADAP TERNAK SAPI
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia




Disusun oleh
Rizka Septarina
B04100110
Ryan Alyafie
B04100168
Yasinta Kartono
B04100207
Yan Wai Mun
B04108007





Fakultas Kedokteran Hewan
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010





BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
 Pangan nabati dan hewani diperlukan untuk kelangsungan hidup manusia. Pangan yang bersumber dari hewani sangat diperlukan karena mangandung protein hewani bagi manusia. Sumber protein hewani harus dibudidayakan dengan baik agar berproduksi optimal dan bisa meningkatkan baik jumlah, mutu, mampu keamanan momunitas tersebut.
          Komoditas pangan hewani mudah terpengaruh oleh berbagai faktor seperti lingkungan (environment), perlakuan (treatment) dan pengolahan (processing), derajat kesehatan ternak, keamanan dan mutu, pengemasan, pengangkutan serta pemasaran, bahkan sampai siap disajikan harus terjaga dari infleksi/kontaminasi bibit penyakit dan bahan berbahaya lainnya.
          Perlu tindakan-tindakan baik dari pemerintahan atau dari peternak sendiri agar permintaan masyarakat Indonesia akan pangan hewani terpenuhi.
B. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengaruh penyakit anthraks dalam produksi daging sapi.
2.      Bagaimana permintaan daging oleh masyarakat setelah terjadi kasus anthraks.
3.      Apa peran pemerintah dalam penanggulangan pengyakit anthraks.
C. Tujuan
v  Mengetahui penyebab penyakit anthrax pada ternak sapi.
v  Mengetahui cara pencegahan dan penanggulan penyakit anthrax.
v  Agar peternak mewaspadi datangnya penyakit anthraks.

        


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Asal Muasal
Penyakit anthrax di Indonesia disebut juga dengan istilah “Radang Limpa” merupakan penyakit hewan yang menular yang disebabkan oleh bakteri yang dikenal dengan nama Bacillus anthracis. Bakteri berbentuk batang, berukuran 1-1,5 mikron kali 3-8 mikron, bersifat aerobik, nonmotil dan merupakan bakteri gram positif. Apabila spesimen diambil dari hewan sakit, bakteri ini mempunyai penataan rantai pendek dikelilingi oleh kapsel yang jelas terlihat.
Menurut Hardjoutomo, S dkk (2002), bahwa serangan penyakit anthrax menimbulkan bakterimia akut yang ditandai dengan demam, koagulasi ringan ringan serta warna yang gelap, limpa yang membengkak, busung dan pendarahan pada berbagai jaringan tubuh penderita.
Kuman anthrax (Bacillus anthracis) bersifat aerob dan membentuk spora yang tahan terhadap kekeringan untuk jangka waktu yang lama, bahkan dalam tanah dengan kondisi tertentu, dapat tahan sampai berpuluh-puluh tahun, karena itu penyakit anthrax ini disebut juga “penyakit tanah”, yang pada hakekatnya berarti bahwa agent penyebab penyakit anthrax ini terdapat di dalam tanah dalam bentuk spora, kemudian bersama makanan atau minuman masuk ke dalam tubuh hewan.
Umumnya, Bacillus anthracis amat patogen, namun pernah pula dilaporkan penemuan isolat Bacillus anthracis yang kurang patogen dari seekor kuda ( Djaenuddin dan Soetikno, 1960).

B.     Cara Penularan
Hampir semua hewan berdarah panas peka terhadap penyakit anthrax. Di Indonesia, penyakit ini sering terjadi pada sapi, kerbau, kambing, domba, kuda, dan babi. Anjing dapat tertular apabila memakan daging hewan yang telah mati. Babi dapat tertular lewat pemberian makanan yang tercemar spora anthrax, misalnya bone meal dan sisa-sisa jaringan hasil pemotongan hewan. Burung onta ( Struthio camelus ) dapat terserang anthrax, seperti yang dilaporkan di Purwakarta, Jawa Barat. Burung pemakan kadaver tidak tertular namun bertindak sebagai penyebar penyakit ke daerah lain apabila burung tersebut membawa makanan tercemar dan terbang ke tempat lain untuk menghabiskan makanan tersebut. Beberapa jenis hewan liar dilaporkan tertular anthrax di lapangan per os.
Penularan anthrax dari hewan kepada manusia umumnya terjadi secara kontak dengan hewan atau hasil hewan. Penularan anthrax melalui kontak pada kulit yang terluka akan menimbulkan anthrax kulit dengan lesi khas. Di Australia, penularan anthrax secara per inhalation  ( terhisapnya spora anthrax ke dalam saluran pernafasan) dapat terjadi, terutama pada pekerja penyortir bulu domba, sehingga penyakitnya disebut woolsorter’s disease. Penularan per os pernah terjadi di Indonesia, karena dilakukan pemotongan darurat ternak di rumah, kemudian daging ternak tersebut dibuat sate tanpa pembakaran yang sempurna.
Penularan anthrax pada hewan umumnya terjadi per os, lewat makanan atau air minum tercemar. Di daerah dengan sistem peternakan ekstensif seperti Sumba, Timor, dan Flores, ternak dalam jumlah besar menggunakan sumber air dan sumber makan yang sama sering menimbulkan kejadian wabah. Insekta penghisap darah seperti lalat Tabanus sp. dan Stomoxys sp. dapat bertindak sebagai penular secara mekanik, namun peranan insekta tersebut tidak begitu besar dalam kejadian wabah.

C.    Dampak pada Hewan
1.  Hewan menjadi sakit dan mengalami kematian
Tingkat kesakitan (mordibitas) dan kematian (mortalitas) merupakan dampak kerugian yang langsung dirasakan oleh petani peternak atau pemilik ternak. Terhadap tingkat kesakitan, diperlukan biaya pengobatan (terapi) atau vaksinasi, tergantung dari jumlah angka kesakitan yang ditimbulkan oleh penyakit ekstik yang menyerang. Terhadap tinkat kematian, diperlukan biaya penguburan, pembakaran atau pemusnahan (stamping out). Yang pasti, kematian hewan ternak menyebabkan hilangnya nilai harga dan produksinya.

2. Zoonosis
Zoonosis adalah penyakit hewan menular yang dapat menulari manusia dan dapat menyebabkan kematian. Tingkat mordibitas dan mortalitas yang ditimbulkannya sangat ditentukan oleh sifat dan jenis penyebab penyakit.

3. Penurunan tenaga kerja ternak
Pada daerah-daerah pertanian yang masih menggunakan atau memanfaatkan hewan ternak sebagai tenaga kerja untuk membajak lahan pertaniannya (khususnya perawahan), dampak langsung yang dapat dirasakan bagi petani berupa penurunan atau bahkan hilangnya tenaga kerja ternak akibat eksotik yang menyerang atau menjangkiti hewan ternaknya.

4. Gangguan sistem produksi ternak

6 Kerugian langsung terhadap perekonmian
Bagi peternak mengakibatkan turunnya pendapatan yang diterima, sedangkan bagi pemerintah banyak mengeluarkan dana yang cukup besar untuk memberantas, vaksinasi serta penggantian ternak yang mati akibat penyakit tersebut.

Gejala Klinik pada Sapi
Pada sapi umumnya anthrax bersifat akut atau perakut disertai septikemia. Oleh karena itu, kematian hewan-hewan secara mendadak, terutama jika terjadi di daerah endemik anthrax, tidak boleh langsung dilakukan autopsi, tetapi harus diyakinkan dahulu lewat pemeriksaan darah perifer (misalnya dari daun telinga) dan diberi pewarnaan cepat untuk memberikan gambaran sementara apakah anthrax atau bukan. Bila ada dugaan anthrax, bangkai harus segera dikubur cukup dalam dan ditimbun dengan kapur. Terkadang ditemukan darah berwarna hitam pekat yang sulit menggumpal keluar dari lubang kumlah (anus, hidung, telinga ) sesaat sebelum hewan mati. Bangkai ternak yang mati oleh anthrax cepat membusuk.
Apabila penularan terjadi per os, bakteri anthrax akan masuk sistem limfatik dan menimbulkan limfangitis serta lymphadenitis yang kemudian menimbulkan septikimia. Bila bakteri masuk ke saluran pencernaan bagian tengah dan bawah akan menimbulkan enteritis ulcerativa et haemorrhagica. Perkembangan bakteri anthrax dalam sistem limfatik relatif lambat, tetapi begitu masuk ke dalam aliran darah, bakteri ini berkembang dengan sangat cepat yang berlangsung terus sampai kematian. Akibatnya, produksi ternak serta hasil ternak dari sapi jauh menurun. Ternak sapi banyak yang mati, sehingga kualitas daging hasil produksi pun jauh dari kualitas yang memadai karena dampak dari endemik anthrax itu sendiri.

D. Peran Pemerintah dan Masyarakat
Partisipasi masyarakat sangat diharapkan karena masyarakat pemegang peran penting dalam pengendalian penyakit eksotik dari luar negeri. Masyarakat ini dibagi menjadi lima strata, yaitu (1) masyarkat memegang kebijakan, (2) masyarakat pendidikan, (3)masyarakat sebagai media (pers), (4) masyarakat pelaku usaha/bisnis, dan (5) masyarakt umum.
Kelima kelompok masyarakat tersebut merupakan sasaran pembelajaran (empowering) dalam rangka pencapaian tujuan dalam melindungi sumberdaya alam hayati, mempertahankan status bebas penyakit, dan mengamankan wilayah indonesia dari ancaman masuk dan menyebarnya penyakit eksotik dari luar negeri. Pemberdayaan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran seluruh kelompok masyarakatdalam rangka pengawasan dan pengendalian untuk melindungi kehidupan dan perekonomian bangsa.
Peran pemerintah juga sangat dibutuhkan karena terkait dengan keluar masuknya komoditas hewan dan produk ternak dari luar negeri. Kelembagaan pemerintah menerbitkan kebijakan-kebijakan berupa pembatasan (restriction) dan pelarangan (prohibition) tranportasi komoditas. Hal ini dilakukan untuk mewaspadai masuknya penyakit eksotik dimaksudkan untuk mempertahankan status bebas penyakit hewan menular.

E. Kesimpulan
Penyakit anthrax di Indonesia disebut juga dengan istilah “Radang Limpa” merupakan penyakit hewan yang menular yang disebabkan oleh bakteri yang dikenal dengan nama Bacillus anthracis. Penularan anthrax pada hewan umumnya terjadi per os, lewat makanan atau air minum tercemar. Peran pemerintah juga sangat dibutuhkan karena terkait dengan keluar masuknya komoditas hewan dan produk ternak dari luar negeri. Kelembagaan pemerintah menerbitkan kebijakan-kebijakan berupa pembatasan (restriction) dan pelarangan (prohibition) tranportasi komoditas. Hal ini dilakukan untuk mewaspadai masuknya penyakit eksotik dimaksudkan untuk mempertahankan status bebas penyakit hewan menular.

F. Daftar Pustaka
Baraniah, Muchtar Abdullah. 2009. Mewaspadai penyakit berbahaya pada hewan dan ternak. Jakarta : Penebar Swadaya.
Djaenuddin R dan Soetikno R. 1960. “B. Anthracis yang Kurang Patogen dari Seekor Kuda”. Dalam: Hemera Zoa 67: 85- 94
Hardjoutomo, S., M. B. Purwadikarta, dan K. Barkah, “Kejadian Anthrax Pada Burung Unta di Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia” Puslitbang Peternakan, vol. 12(3), p. 114-120, 2001.
Schnurrenberger, Paul R, William T. Hubbert. 1991. Ikhtisar zoonesis. Eddy Mulyono. Bandung: ITB. Terjemahan dari: An outline of the zooneses.
Soeharsono. 2002. Zoonosis Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia. Yogyakarta: KANISUS (Anggota IKAPI).
Soemanagara R.Md.T. 1985. “Ikhtisar Singkat dari Penyakit Radang Limpa, Penyakit Ngorok, dan Radang Poaha di Indonesia. “Dalam: Hemera Zoa 65: 97-109.






*) maaf bila dalam makalah ini terdapat kesalahan
*) kalau mau download makalah di atas klik ini
*) kalau mau lagi contohnya klik ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...