KOMPAS.com - Penyakit jantung ternyata bukan monopoli orang dewasa dan lanjut usia. Setiap tahunnya, sekitar 45.000 bayi lahir di Indonesia dengan kelainan jantung bawaan. Sebanyak 24.000 di antaranya memerlukan tindakan operasi pada tahun pertama hidupnya.
Dr.Poppy S.Roebiono, Sp.JP (K), ahli jantung anak dari RS.Harapan Kita Jakarta mengakui, sebagian dokter anak sulit mendiagnosa penyakit jantung bawaan (PJB). Selain karena kurang mempunyai informasi yang cukup tentang penyakit ini, jumlah dokter jantung anak di Indonesia juga sangat terbatas.
"Indonesia baru punya 45 dokter jantung anak. Bandingkan dengan Amerika Serikat yang berpenduduk 270 juta orang tapi punya 1.600 dokter jantung anak," katanya.
Salah satu kesulitan menegakkan diagnosa PJB, menurut dr.Poppy adalah karena tidak semua penderita menunjukkan gejala yang khas. Gejala PJB yang mudah terdeteksi adalah munculnya warna biru pada kuku, lidah, dan mulut anak. "Warna biru ini muncul karena darah kotor tercampur darah bersih dan terbawa darah mengalir ke seluruh tubuh," paparnya.
Penyakit jantung bawaan yang relatif sering diderita anak adalah bocor jantung dan kerusakan katup jantung atau sering disebut jantung rematik.
Walau tidak muncul ciri khas, namun menurut dr.Poppy ada beberapa gejala yang perlu diwaspadai sebagai kelainan jantung. "Anak yang punya kelainan jantung biasanya suka sesak napas, gampang sakit, berat badannya susah naik sehingga sering dikira kurang gizi," katanya.
Hingga saat ini, belum diketahui penyebab pasti PJB. Namun ada beberapa faktor risiko, seperti ibu hamil menderita hipertensi, konsumsi obat-obatan keras selama kehamilan, terpapar asap rokok atau karena faktor genetik. "Anak-anak down syndrome biasanya memiliki kelainan jantung bawaan," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar