Laman

Jumat, 10 Juni 2011

fakta di balik susu sapi..[liat ooo]


Di internet sudah banyak  artikel yang membahas mengenai manfaat susu bagi manusia, tapi ada juga artikel yang menyatakan bahwa susu sapi tidak baik bagi manusia,   Berikut ini adalah artikel mengenai dampak  susu sapi bagi manusia, artikel ini direferensikan dari Prof Dr Hiromi Shinya, yang saya kutip dari posting di forum vivanews.com, yang sumbernya dari situs jawapos.com
“Itu gara-gara pabrik susu yang terus mengiklankan produknya,” ujar Prof Dr Hiromi Shinya, penulis buku yang sangat laris: “The Miracle of Enzyme” (Keajaiban Enzim) yang sudah terbit dalam bahasa Indonesia dengan judul yang sama. Padahal, katanya, susu sapi adalah makanan/minuman paling buruk untuk manusia. Manusia seharusnya hanya minum susu manusia. Sebagaimana anak sapi yang juga hanya minum susu sapi. Mana ada anak sapi minum susu manusia, katanya.
Mengapa susu paling jelek untuk manusia? Bahkan, katanya, bisa menjadi penyebab osteoporosis. Jawabnya: “Karena susu itu benda cair sehingga ketika masuk mulut langsung mengalir ke kerongkongan. Tidak sempat berinteraksi dengan enzim yang diproduksi mulut kita. Akibat tidak bercampur enzim, tugas usus semakin berat. Begitu sampai di usus, susu tersebut langsung menggumpal dan sulit sekali dicerna. Untuk bisa mencernanya, tubuh terpaksa mengeluarkan cadangan “enzim induk” yang seharusnya lebih baik dihemat. Enzim induk itu mestinya untuk pertumbuhan tubuh, termasuk pertumbuhan tulang. Namun, karena enzim induk terlalu banyak dipakai untuk membantu mencerna susu, peminum susu akan lebih mudah terkena osteoporosis.
Profesor Hiromi tentu tidak hanya mencari sensasi. Dia ahli usus terkemuka di dunia. Dialah dokter pertama di dunia yang melakukan operasi polip dan tumor di usus tanpa harus membedah perut. Dia kini sudah berumur 70 tahun. Berarti dia sudah sangat berpengalaman menjalani praktik kedokteran. Dia sudah memeriksa keadaan usus bagian dalam lebih dari 300.000 manusia Amerika dan Jepang. Dia memang orang Amerika kelahiran Jepang yang selama karirnya sebagai dokter terus mondar-mandir di antara dua negara itu.
Setiap memeriksa usus pasiennya, Prof Hiromi sekalian melakukan penelitian. Yakni, untuk mengetahui kaitan wujud dalamnya usus dengan kebiasaan makan dan minum pasiennya. Dia menjadi hafal pasien yang ususnya berantakan pasti yang makan atau minumnya tidak bermutu. Dan, yang dia sebut tidak bermutu itu antara lain susu dan daging.
Dia melihat alangkah mengerikannya bentuk usus orang yang biasa makan makanan/minuman yang “jelek”: benjol-benjol, luka-luka, bisul-bisul, bercak-bercak hitam, dan menyempit di sana-sini seperti diikat dengan karet gelang. Jelek di situ berarti tidak memenuhi syarat yang diinginkan usus. Sedangkan usus orang yang makanannya sehat/baik, digambarkannya sangat bagus, bintik-bintik rata, kemerahan, dan segar.
Karena tugas usus adalah menyerap makanan, tugas itu tidak bisa dia lakukan kalau makanan yang masuk tidak memenuhi syarat si usus. Bukan saja ususnya kecapean, juga sari makanan yang diserap pun tidak banyak. Akibatnya, pertumbuhan sel-sel tubuh kurang baik, daya tahan tubuh sangat jelek, sel radikal bebas bermunculan, penyakit timbul, dan kulit cepat menua. Bahkan, makanan yang tidak berserat seperti daging, bisa menyisakan kotoran yang menempel di dinding usus: menjadi tinja stagnan yang kemudian membusuk dan menimbulkan penyakit lagi.
Karena itu, Prof Hiromi tidak merekomendasikan daging sebagai makanan. Dia hanya menganjurkan makan daging itu cukup 15 persen dari seluruh makanan yang masuk ke perut. Dia mengambil contoh yang sangat menarik, meski di bagian ini rasanya, keilmiahannya kurang bisa dipertanggung jawabkan. Misalnya, dia minta kita menyadari berapakah jumlah gigi taring kita, yang tugasnya mengoyak-ngoyak makanan seperti daging: hanya 15 persen dari seluruh gigi kita. Itu berarti bahwa alam hanya menyediakan infrastruktur untuk makan daging 15 persen dari seluruh makanan yang kita perlukan.
Dia juga menyebut contoh harimau yang hanya makan daging. Larinya memang kencang, tapi hanya untuk menit-menit awal. Ketika diajak “lomba lari” oleh mangsanya, harimau akan cepat kehabisan tenaga. Berbeda dengan kuda yang tidak makan daging. Ketahanan larinya lebih hebat.
Di samping pemilihan makanan, Prof Hiromi mempersoalkan cara makan. Makanan itu, katanya, harus dikunyah minimal 30 kali. Bahkan, untuk makanan yang agak keras harus sampai 70 kali. Bukan saja bisa lebih lembut, yang lebih penting agar di mulut makanan bisa bercampur dengan enzim secara sempurna. Demikian juga kebiasaan minum setelah makan bukanlah kebiasaan yang baik. Minum itu, tulisnya, sebaiknya setengah jam sebelum makan. Agar air sudah sempat diserap usus lebih dulu.
Bagaimana kalau makanannya seret masuk tenggorokan? Nah, ini dia, ketahuan. Berarti mengunyahnya kurang dari 30 kali ! Dia juga menganjurkan agar setelah makan sebaiknya jangan tidur sebelum 4 atau 5 jam kemudian. Tidur itu, tulisnya, harus dalam keadaan perut kosong. Kalau semua teorinya diterapkan, orang bukan saja lebih sehat, tapi juga panjang umur, awet muda, dan tidak akan gembrot.
Yang paling mendasar dari teorinya adalah: Setiap tubuh manusia sudah diberi “modal” oleh alam bernama enzim-induk dalam jumlah tertentu yang tersimpan di dalam “lumbung enzim-induk“. Enzim-induk ini setiap hari dikeluarkan dari “lumbung”-nya untuk diubah menjadi berbagai macam enzim sesuai keperluan hari itu. Semakin jelek kualitas makanan yang masuk ke perut, semakin boros menguras lumbung enzim-induk. Mati, menurut dia, adalah habisnya enzim di lumbung masing-masing.
Maka untuk bisa berumur panjang, awet muda, tidak pernah sakit, dan langsing haruslah menghemat enzim-induk itu. Bahkan, kalau bisa ditambah dengan cara selalu makan makanan segar. Ada yang menarik dalam hal makanan segar ini. Semua makanan (mentah maupun yang sudah dimasak) yang sudah lama terkena udara akan mengalami oksidasi. Dia memberi contoh besi yang kalau lama dibiarkan di udara terbuka mengalami karatan. Bahan makanan pun demikian.
Apalagi kalau makanan itu digoreng dengan minyak. Minyaknya sendiri sudah persoalan, apalagi kalau minyak itu sudah teroksidasi. Karena itu, kalau makan makanan yang digoreng saja sudah kurang baik, akan lebih parah kalau makanan itu sudah lama dibiarkan di udara terbuka. Minyak yang telah teroksidasi, katanya, sangat bahaya bagi usus. Maksudnya, tubuh mengolah makanan seperti itu memerlukan enzim yang banyak.
Apa saja makanan yang direkomendasikan ? Sayur, biji-bijian, dan buah. Jangan terlalu banyak makan makanan yang berprotein. Protein yang melebihi keperluan tubuh ternyata tidak bisa disimpan. Protein itu harus dibuang. Membuangnya pun memerlukan kekuatan yang ujung-ujungnya juga berasal dari lumbung enzim. Untuk apa makan berlebih kalau untuk mengolah makanan itu harus menguras enzim dan untuk membuang kelebihannya juga harus menguras lumbung enzim.
Prof Hiromi sendiri secara konsekuen menjalani prinsip hidup seperti itu dengan sungguh-sungguh. Hasilnya, umurnya sudah 70 tahun, tapi belum pernah sakit. Penampilannya seperti 15 tahun lebih muda. Tentu sesekali dia juga makan makanan yang di luar itu. Sebab, sesekali saja tidak apa-apa. Menurunnya kualitas usus terjadi karena makanan “jelek” itu masuk ke dalamnya secara terus-menerus atau terlalu sering.
Terhadap pasiennya, Prof Hiromi juga menerapkan “pengobatan” seperti itu. Pasien-pasien penyakit usus, termasuk kanker usus, banyak dia selesaikan dengan “pengobatan” alamiah tersebut.. Pasiennya yang sudah gawat dia minta mengikuti cara hidup sehat seperti itu dan hasilnya sangat memuaskan. Dokter, katanya, banyak melihat pasien hanya dari satu sisi di bidang sakitnya itu. Jarang dokter yang mau melihatnya melalui sistem tubuh secara keseluruhan. Dokter jantung hanya fokus ke jantung. Padahal, penyebab pokoknya bisa jadi justru di usus. Demikian juga dokter-dokter spesialis lain. Pendidikan dokter spesialislah yang menghancurkan ilmu kedokteran yang sesungguhnya.
Yang menggembirakan dari buku Prof Hiromi ini adalah: orang itu harus makan makanan yang enak. Dengan makan enak, hatinya senang. Kalau hatinya sudah senang dan pikirannya gembira, terjadilah mekanisme dalam tubuh yang bisa membuat enzim-induk bertambah.
Lalu apakah semua orang setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa susu sapi itu tidak baik bagi manusia ? pastinya ada yang setuju dan ada juga yang tidak. Dan bagaimana jika dilihat dari pandangan Islam, berikut ini saya kutipkan lagi dari situs  forsansalaf.com,
Beberapa waktu lalu Dahlan Iskan menulis artikel berjudul “ Susu Sapi Bukan Untuk Manusia ” yang disadur dari buku Prof Dr Hiromi Shinya yang berjudul :” The Miracle of Enzyme” (Keajaiban Enzim). Dalam sebagian pernyataannya “Susu sapi adalah makanan/minuman paling buruk untuk manusia. Manusia seharusnya hanya minum susu manusia. Sebagaimana anak sapi yang juga hanya minum susu sapi. Mana ada anak sapi minum susu manusia”.
Kami sangat tidak sependapat dengan tulisan atau pernyataan itu, karena bertentangan dengan ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Sebagai seorang muslim kami menolak keras anggapan tersebut. Untuk meluruskan hal ini, berikut kami berikan sanggahan dan bukti-bukti berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW.
Susu adalah makanan sekaligus minuman yang baik
Diriwayatkan oleh Imam Abi Daud dari hadits Ibn Abbas :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَطْعَمَهُ اللَّهُ طَعَامًا فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ وَارْزُقْنَا خَيْرًا مِنْهُ وَمَنْ سَقَاهُ اللَّهُ لَبَنًا فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ وَزِدْنَا مِنْهُ فَإِنِّي لَا أَعْلَمُ مَا يُجْزِئُ مِنْ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ إِلَّا اللَّبَنُ

Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa diberi makanan oleh Allah, maka ucapkanlah “ Ya Allah berilah keberkahan kepada kami di dalam makanan ini, dan berilah kami rizqi yang lebih baik lagi”, dan barangsiapa diberi Allah minuman susu, maka ucapkanlah “Ya Allah berilah keberkahan kepada kami di dalam minuman ini dan tambahilah kami dari susu, karena sesungguhnya aku tidaklah mengetahui apa yang bisa mencukupi dari makan dan minum kecuali susu “
Bisa kita cermati dari hadits di atas bahwa Rasulullah membedakan dalam berdoa ketika mengkonsumsi sesuatu antara makanan dan susu. Dalam makanan Nabi menggunakan konteks “وارزقنا خيرا منه ” (berilah kami rizqi yang lebih baik lagi) tapi ketika berupa susu nabi menggunakan konteks
“وزدنا منه ” (dan tambahilah kami darinya), ini menunjukkan adanya sesuatu kekhususan pada susu yang tidak didapati pada makanan lainnya dengan bukti nabi hanya meminta tambahan kenikmatan susu karena sudah mengetahui dengan keistimewaan yang ada di dalamnya. Berbeda dengan makanan, nabi justru meminta kenikmatan yang lebih baik lagi. Beliau pun menjelaskan kelebihan susu dalam ucapan setelahnya “karena sesungguhnya aku tidaklah mengetahui apa yang bisa mencukupi dari makan dan minum kecuali susu “ .
Di dalam kitab Tuhfatul Akhwadzi syarh sunan At-Tirmidzi juz 8 hal 353 disebutkan bahwa alasan kenapa nabi menggunakan konteks “ وَزِدْنَا مِنْهُ “pada susu, tidak menggunakan “وارزقنا خيرا منه ” karena memang tidak didapatkan makanan yang lebih bagus dari susu dan tidak ada yang bisa menghilangkan rasa lapar dan dahaga sekaligus kecuali susu.
)وَزِدْنَا مِنْهُ( وَلَا يَقُولُ خَيْرًا مِنْهُ لِأَنَّهُ لَيْسَ فِي الْأَطْعِمَةِ خَيْرٌ مِنْهُ) لَيْسَ شَيْءٌ يُجْزِئُ ( بِضَمِّ الْيَاءِ وَكَسْرِ الزَّايِ بَعْدَهَا هَمْزٌ أَيْ يَكْفِي فِي دَفْعِ الْجُوعِ وَالْعَطَشِ مَعًا

Susu, anugerah Allah yang menakjubkan
Jika kita mau meneliti asal usul dari susu, maka sungguh mengagumkan, karena menunjukkan kepada kita begitu besar kekuasaannya Allah SWT. Bagaimana tidak, Allah menciptakan susu yang suci lagi bermanfaat di antara 2 tempat yang najis dan menjijikkan yaitu kotoran di usus besar dan darah, sebagaimana yang termaktub didalam Al-Qur’an surat An-Nahl ; 66 :
} وَإِنَّ لَكُمْ فِي الأنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ{

“dan sesungguhnya bagi kalian di dalam binatang-binatang ternak ada satu pelajaran. Kami memberi kalian minum dari apa yang ada di perutnya diantara kotoran dan darah (berupa) susu yang bersih yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya “
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah memberi kita minuman dari dalam perut binatang ternak yang mencakup onta, sapi, dan kambing berupa susu yang suci lagi bermanfaat bagi yang meminumnya (baik untuk anak kecil atau orang dewasa). Berarti tidaklah benar bahwa minum susu itu hanya dikhususkan bagi yang masih kecil atau hanya pada susu ASI bukan dari susu binatang ternak, karena bagaimana mungkin kita akan mencela apa yang diberikan oleh Allah SWT.
Susu, minuman Nabi
Rasulullah SAW begitu sering meminum dan memuji susu. Beberapa hadits di bawah ini menjelaskan tentang hal itu, diantaranya:
1. Di dalam shohih Muslim diriwayatkan hadits dari Maimunah
شرح النووي على مسلم – (ج 4 / ص 113(
و حَدَّثَنِي هَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرٌو عَنْ بُكَيْرِ بْنِ الْأَشَجِّ عَنْ كُرَيْبٍ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ مَيْمُونَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا قَالَتْ إِنَّ النَّاسَ شَكُّوا فِي صِيَامِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَرَفَةَ فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ مَيْمُونَةُ بِحِلَابِ اللَّبَنِ وَهُوَ وَاقِفٌ فِي الْمَوْقِفِ فَشَرِبَ مِنْهُ وَالنَّاسُ يَنْظُرُونَ إِلَيْهِ

Berkata Maimunah (istri Rasulullah SAW) bahwa “Sesungguhnya manusia (para sahabat) meragukan puasa Nabi SAW di hari Arafah, maka sayyidah Maimunah mengirimkan kepada Nabi susu ketika Nabi wuquf di Arafah, lalu Nabi meminum susu tersebut “
2. Di dalam musnad Imam Ahmad, dirawayatkan hadits Dliror bin Auzar :
المعجم الكبير للطبراني – (ج 7 / ص 344(
حَدَّثَنَا مُعَاذُ بن الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا حَفْصُ بن غِيَاثٍ، عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ يَعْقُوبَ بن بَحِيرٍ، عَنْ ضِرَارِ بن الأَزْوَرِ، قَالَ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بناقَةٍ هَدِيَّةٍ، فَقَالَ لِي:”قُمْ فَاحْلُبْهَا”، فَقُمْتُ فَحَلَبْتُهَا، فَلَمَّا ذَهَبْتُ لأُجْهِدَهَا، قَالَ:”دَعْ دَاعِيَ اللَّبَنِ”.

Berkata Dliror bin Auzar “Aku membawa kepada Rasulullah SAW onta hadiah, lalu Nabi berkata kepada “ Berdirilah dan perahlah susunya”, maka akupun memerahnya, ketika aku bersemangat untuk memerah keseluruhannya, Nabi berkata “Tinggalkan sedikit sebagai perangsang keluarnya susu”
3. Dalam sunan At-Tirmidzi
سنن الترمذي – (ج 11 / ص 355(
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ زَيْدٍ عَنْ عُمَرَ وَهُوَ ابْنُ أَبِي حَرْمَلَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ دَخَلْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا وَخَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ عَلَى مَيْمُونَةَ فَجَاءَتْنَا بِإِنَاءٍ فِيهِ لَبَنٌ فَشَرِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا عَلَى يَمِينِهِ وَخَالِدٌ عَلَى شِمَالِهِ فَقَالَ لِي الشَّرْبَةُ لَكَ فَإِنْ شِئْتَ آثَرْتَ بِهَا خَالِدًا فَقُلْتُ مَا كُنْتُ أُوثِرُ عَلَى سُؤْرِكَ أَحَدًا ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَطْعَمَهُ اللَّهُ الطَّعَامَ فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ وَأَطْعِمْنَا خَيْرًا مِنْهُ وَمَنْ سَقَاهُ اللَّهُ لَبَنًا فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ وَزِدْنَا مِنْهُ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ شَيْءٌ يُجْزِئُ مَكَانَ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ غَيْرُ اللَّبَنِ” قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَن

Ibn Abbas berkata “ Aku bersama Rasulullah dan Kholid bin Walid masuk ke rumah Maimunah, lalu Maimunah membawakan wadah berisi susu dan Rasul pun meminumnya sedangkan aku berada di sebelah kanan Rasulullah dan Kholid bin Walid di sebelah kirinya, maka Rasul pun berkata hak minum pertama susu ini untukmu (karena berada di sebelah kanan), kalau kau menghendaki aku dahulukan Kholid atas kamu, maka aku pun berkata aku tidak akan mendahulukan siapa pun untuk mendapat sisa minumanmu“
4. Hadits yang diriwayatkan oleh Umi Muabbid tentang mu’jizat Nabi dengan susu :
الآحاد والمثاني لابن أبي عاصم – (ج 9 / ص 464(
حدثنا أحمد بن محمد ، ثنا عبد الرحمن بن محمد بن شعبة ، ثنا حزام بن هشام بن حبيش بن خالد بن خليد بن ربيعة الخزاعي ، ثنا أبي ، عن جده ، عن أخته أم معبد واسمها عاتكة بنت خالد الخزاعية قالت : لما أن هاجر رسول الله صلى الله عليه وسلم من مكة وخرج منها يريد المدينة ومعه أبو بكر الصديق ومولى لأبي بكر يقال له : عامر بن فهيرة وعبد الله بن الأريقط الليثي دليلهم فمروا بنا فدخلوا خيمتي وأنا مختبئة بفناء خيمتي أسقي وأطعم المارين فقال : ألا هل من لحم فبعثت إليهم بشاة ذات لبن فردها وبعثت إليه بعناق جذعة فقبلها وقال : إنما رددنا الشاة لأنها ذات لبن فهل عندك من تمر ؟ فقلت : لا والله ولو كان عندي ما تطلبون ما جاوزتم خيمتي وكانوا مرملين مجهودين فنظر النبي صلى الله عليه وسلم فإذا شاة بالفناء فقال : ما هذه الشاة يا أم معبد ؟ فقلت : شاة خلفها الراعي من الجهد ليس بها لبن ولا لحم قال : تأذنين لنا أن ندنو منها ونحلب ؟ قلت : نعم إن رأيت بها حلابا بأبي أنت وأمي فدعا بها رسول الله صلى الله عليه وسلم فمسح بيده ضرعها وقال : بسم الله ودعا ربه فتفاجت ودرت واجترت وكلفت ثم دعا بالإناء فأتيته بإناء لنا إذا ملأناه يربض الرهط فحلب منها حتى امتلأ وتدفق فسقاني حتى رويت ثم سقى أبا بكر ثم رجلا رجلا ممن معه ثم شرب النبي صلى الله عليه وسلم ثم ارتحل وارتحل أصحابه عنا وبايعه أهل الماء على الإسلام ثم جاء زوجي من الرعي يسوق أعنزا لنا عجافا فقربت إلى زوجي اللبن وأخبرته خبر النبي صلى الله عليه وسلم وأخبرته ببركته

Dalam hadits panjang di atas diceritakan dari Umi Mu’abbid ketika Nabi bersama rombongan termasuk Abu Bakar Assiddiq hijrah dari Makkah ke Madinah sampailah ke perkemahan Ummi Mu’abbid dalam keadaan payah, lalu mereka meminta kepada Ummi Mu’abbid makanan berupa daging, maka didatangkan seekor kambing yang menyusui, maka Nabi-pun menolak dengan alasan menyusui, maka didatangkan lagi seekor onta dan diterima oleh Nabi, ketika Nabi melihat di dalam kemahmya Ummi Mu’abbid, nampaklah seekor kambing, Nabipun berkata “ Kambing apa ini wahai Ummi Mu’abbid?” akupun menjawab “Kambing yang telah ditinggalkan oleh penggembalanya karena tidak mempunyai susu dan daging (kurus dan tidak sehat)” lalu Nabi berkata “Apakah kau mengizinkan jika kami memerah susunya?” maka akupun menjawab “Ya, jika engkau menghendaki ya Rasullullah “ maka Nabi mengambil dan mengusap kantung susu kambing tersebut, seketika itu kambing tersebut mempunyai susu yang berlimpah, dan Nabi-pun memerah susunya dan memberikan kepadaku dan para sahabatnya lalu terakhir beliau yang meminumnya “
5. Hadits isro’ mi’roj Nabi Muhammad SAW:
وَفِي حَدِيث اِبْن عَبَّاس عِنْد أَحْمَد ” فَلَمَّا أَتَى الْمَسْجِد الْأَقْصَى قَامَ يُصَلِّي ، فَلَمَّا اِنْصَرَفَ جِيءَ بِقَدَحَيْنِ فِي أَحَدهمَا لَبَن وَفِي الْآخَر عَسَل ، فَأَخَذَ اللَّبَن ” الْحَدِيث ، وَقَدْ وَقَعَ عِنْد مُسْلِم مِنْ طَرِيق ثَابِت عَنْ أَنَس أَيْضًا أَنَّ إِتْيَانه بِالْآنِيَةِ كَانَ بِبَيْتِ الْمَقْدِسِ قَبْل الْمِعْرَاج وَلَفْظه ” ثُمَّ دَخَلْت الْمَسْجِد فَصَلَّيْت فِيهِ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ خَرَجْت فَجَاءَ جِبْرِيل بِإِنَاءٍ مِنْ خَمْر وَإِنَاء مِنْ لَبَن ، فَأَخَذْت اللَّبَن ، فَقَالَ جِبْرِيل : أَخَذْت الْفِطْرَة . ثُمَّ عَرَجَ إِلَى السَّمَاء “

Dalam hadits Ibn Abbas yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad “ ketika Nabi sampai di Masjid Al-Aqsha, maka Nabi sholat, ketika beranjak dari sholat, Nabi diberi 2 wadah berupa susu dan madu, maka Nabi-pun mengambil susu”
Dalam riwayat Imam Muslim dari hadits Anas “ lalu aku (Nabi) masuk kedalam masjid dan sholat 2 rakaat, lalu aku keluar, datanglah Jibril dengan membawa susu dan khomr, maka akupun mengambil susu, lalu Jibril mengatakan “ kau telah mengambil yang suci (yaitu agama islam) “
Perhatikan hadits di atas! Nabi memilih susu daripada madu atau khomr dan Jibril menyatakan susu adalah lambang kesucian.
Dari Ayat al Qur’an dan hadits-hadits di atas dapat disimpulkan bahwa susu adalah makanan yang dianugerahkan oleh Allah untuk manusia. Bahkan kekasih Allah Muhammad Rasulullah serta para shahabat pengikut Rasul meminum susu. Sebagai orang yang beriman sudah seharusnya kita tidak terpengaruh dengan tulisan Prof Dr Hiromi Shinya tapi lebih kita dahulukan ayat Ilahi dan hadits Nabi.

menurut anda?



sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...